Tuesday, April 11, 2017

Alat Transportasi Rejeki

ALAT TRANSPORTASI REZEKI DAN FEE REZEKI

_(sebuah sarapan jiwa dari Gurunda, Mr. Kurnada - Konseptor Spiritual Magnet Rezeki)_

Ini adalah tentang hasil obrolan saya dengan kakak saya. Kakak saya ini seorang kontraktor sipil. Beliau bercerita bahwa yang paling penting baginya adalah bisa membayar gaji karyawanya.

Jadi kalau misal ada pembayaran termin maka prioritas utama adalah membayar gaji karyawan dan kewajiban pada pihak lain yang harus dibayar.

_“Urusan saya adalah bagian belakang setelah semua kewajiban saya, saya penuhi."_ begitu ujar beliau.

Saya sependapat dengan apa yang diutarakanya. Kemudian saya bercerita tentang bahwa setiap kita adalah *“alat transportasi/perantara rezeki”* bagi orang lain.

Hari ini bisa jadi kita yang bertugas _“membawakan rezeki”_ bagi orang lain. Besok? Ya bisa jadi ada orang lain yang _“membawakan rezeki”_ bagi kita.

Uang kita saat ini hanya sekedar singgah di dompet kita, di rekening kita, besok atau lusa ia akan berpindah ke dompet atau rekening orang lain, dan begitu seterusnya.

Uang mirip seperti piala bergilir yang berpindah pindah tempat sesuai kebutuhannya.

*Kebutuhan uang adalah singgah ditempat yang “juara dalam melayani”.*

Semakin *“juara melayani”* orang tersebut, maka *semakin banyak uang yang akan singgah ditempatnya.*

*Dan asyiknya* lagi uang yang singgah tidak akan pergi begitu saja sebelum berpindah ke tempat lain. Ia akan memberikan “fee” bagi tempat singgah yang juara tadi.

*Nah “fee” inilah hak kita,* sebelum toh pada akhirnya akan pindah tempat juga karena ditukar dengan kebutuhan kita.

Belum sempat saya meneruskan cerita? Eh kakak saya sudah nyeletuk, _“Nah itu benar…. banyak orang mengira saya yang menanggung hidup anak buah saya. Padahal yang terjadi sebaliknya, sayalah yang menitipkan rezeki saya pada mereka. Kalau mereka dapat rezeki insya Allah saya juga dapat rezeki, dan saya percaya Allah tidak akan membiarkan mereka kelaparan, jadi insyaAllah saya akan selalu ada pekerjaan karena rezeki mereka dilewatkan melalui saya”._

Kami berdua tertawa. Sungguh saya senang kembali dapat pelajaran berharga melalui obrolan itu.

Dengan alasan itu saya menyadari *mengapa para pengusaha secara finansial umumnya berkecukupan. Alasannya ya itu tadi, karena banyak mulut yang harus mereka beri makan, banyak rezeki orang yang dilewatkan aliranya melalui dirinya.*

Kalau sebuah badan usaha anggaplah punya karyawan sepuluh saja kemudian anggaplah ia punya anak dua dan istri atau suami, maka paling tidak seorang pengusaha sudah menanggung 40 mulut yang harus diberi makan, 40 harapan yang berdoa agar terus ada pekerjaan.

_Jadi bayangkan bagaimana kalau perusahaan punya karyawan ribuan?_

Kalau setiap rezeki seseorang yang dilewatkan padanya masing-masing meninggalkan “fee”, anda tinggal kalikan saja jumlahnya ha ha ha.

Itu sebabnya saya suka jika ada pengusaha lokal yang sukses didaerahnya. Itu berarti semakin banyak “alat transportasi” rezeki yang akan beroperasi dan saling bersinergi. Saling menghantarkan rezeki atas nama kebutuhan.

Pemahaman ini pulalah yang hingga saat ini menyelamatkan saya dari perasaan iri dan dengki pada pengusaha. Mereka pantas mendapatkanya karena mereka telah rela dan mau “membuatkan” jalan bagi rezeki orang lain. Mereka adalah saluran rezeki bagi orang lain, mereka adalah “alat transportasi” rezeki yang trayeknya mengambil trayek padat dan diperlukan banyak orang, sehingga wajar kalau “fee” rezeki mereka juga lebih banyak daripada orang kebanyakan.

Namun jangan salah…., *jadi pengusaha itu godaanya besar sekali.* Kadang mereka merasa sebagai raja yang seolah ditangan merekalah rezeki anak buahnya berada.

Nah … nyang kaya gini inih yang bakal nyungsep.

Mereka jadi dzalim terhadap hak-hak anak buahnya, dzalim terhadap hak rekananya, mereka menyangka rezeki datang atas usaha kerasnya saja?

_"Ah… preeettt."_

Al hasil mereka ini yang akhirnya kena tulah doa orang yang terdzalimi .

Ya…. Sama proses nya….kalikan saja doanya dengan jumlah jiwa yang terdzalimi …gimana mau ga nyungsep coba. :-)

Eh temen saya ada yang protes…., *lha kalau bukan pengusaha gimana mas ?* begitu tanyanya.

Lha saya kan juga bukan pengusaha kata saya kemudian kami tertawa bersama.

*Intinya adalah* kita berusaha menjadi “alat transportasi rezeki” terbaik. *Semakin banyak yang kita layani tentu hasilnya semakin baik.*

Dan faktor pelayanan ini kan juga bukan melulu memberikan pekerjaan, bersedekah juga menyalurkan rezeki, berbagi ilmu juga menyalurkan rezeki, membahagiakan orang lain juga menyalurkan rezeki.

_Kalau masalah “fee” rezeki… itu mah urusan Tuhan… urusan Allah._

Allah dengan mekanisme semesta nya tentu lebih tahu yang mana yang pantas mendapatkan “fee” yang banyak dan mana yang sedikit he he he.

Udah ya… met Happy Minggu Day aja deh ya….

_#spiritualmagnetrezeki_
*#janganlupapraktek*
*#ajaksiapapunbelajarbareng*
_#biarberkahbareng_
_#biarlevelHidupkeupgradeBareng_
_#BiarLevelRejekinyaKeupgradeBarengBareng_

No comments:

Post a Comment